Malam di Negeri Awan

Selasa, 13 Desember 2011

Masih terekam jelas dalam memoriku. Malam itu, pertengahan bulan maret, dalam dinginnya gelap, bersama secercah kebahagiaan manusia.
Aku tak tau mengapa malam itu menjadi tetesan yang menyengat, bagiku, bagi kami berlima. Sebuah malam yang penuh lecutan kembang api, ditemani gerombolan awan putih yang selalu dekat dengan bulan, ditambah dentuman melodi teratur dari orang yang kuanggap memang pandai.
Disebuah kampung diatas awan, dimana kalian tak akan menemukan bekas roda kendaraan bermotor, kami tinggal untuk beberapa waktu. Pasti kalian kira kami mendududuki desa terisolir? Layaknya penduduk dijaman purba?
Bukan! Itulah kampung yang sesungguhnya, justru aku ingin lebih lama disana.
Saat malam itu datang, kami telah menyiapkan kostum, baju hangat membungkus badan kami, saat itu suhu kira-kira 15 derajat, cukup dingin untuk hawa di Indonesia.
Saat suara gemuruh orang-orang tak bisa dibendung, temanku tiba-tiba terhentak
’Aww!’ hanya satu kata itu, segera aku bertanya
’Kenapa nel?’ tanyaku agak janggung. Tak ada jawaban dari dia, kulihat mukanya pucat, segera kuraih tanganya, panas. Rasanya seperti jagung yang sedang dibakar. Kulihat dia membuka sepatu dan segera meraih kakinya, sentak aku ikut-ikutan. Namun ajaib, kakinya dingin, lebih dingin dari udara dimalam itu, rasanya beku seperti dibalut es. Tubuhnya terdiam sesaat, lunglai tak berdaya lalu tertjatuh, tak bergerak.
Kami berempat tak main takutnya, membayangkan hal konyol terjadi pada sahabatku itu. Tita yang paling dekat dengan Nelly hampir membuat tempat kami berpijak banjir air mata. Beruntung, 10 menit kemudian Nelly sadar.
Malam itu tiba-tiba menjadi kembali merona, kami berlima segera mengatur barisan untuk acara malam itu, tepat ditengah hamparan rumput hijau layaknya lapangan sepak bola. Dingin menyengat, bercampur tiupan hawa hangat dari tumpukan kayu bakar yang rela membakar dirinya untuk meramaikan suasana malam itu,hingga tersisalah noda-noda hitam.
Satu hal yang paling mengesankan, sebuah lagu berkumandang, lagu yang tak akan pernah kalian dengarkan sebelumnya, dinyanyikan lirih, makna liriknya begitu dalam, membuat malam itu menjadi hening. Sebuah lagu perpisahan.
Kabut datang malam itu, bajuku hampir basah kuyup karenanya. Kutatap langit, ternyata hanya ada dua bintang, entah kemana yang lain. Semenjak lagu tadi bersuara ditelingaku, rasa hati campur aduk, aku tahu ini karena aku tak menginginkan kebersamaan bersama sahabatku akan berakhir.
’ini adalah malam perpisahan kita dengan tempat ini, bukan malam perpisahan antara kita semua’ kata-kata itu terucap dari seorang temanku.
Kurasa tidak, malam itu adalah malam perpisahan antara kita semua. Saat ini mungkin raga kita masih sering bertemu, bibir masih berbincang bersama, dan matapun masih melihatkan kalian yang masih tetap sama. Tapi ada yang hilang, aku tahu itu, sebuah kata yang abstrak, yang tak mungkin akan kita dapat lagi.

13 Desember 2011.



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Dunia Diantara Dunia

Minggu, 11 Desember 2011

Pagi ini hari senin. Neraka bagi para pelajar, entahlah bagaimana semua orang bisa berkata seperti itu. Upacara menanti di pagi hari, ditemani mentari yang panasnya telah sampai kebumi, rasanya seperti membakar kulitku. Aku berdiri dibarisan barat, itu artinya aku harus menatap matahari. Riuh, teman-temanku tak terima, kami terlalu terpanggang memang, tapi apa daya, kami hanya gerombolan gajah sekecil semut. Tak berdaya dan dianggap tak bisa membawa perubahan.
‘Anak yang tak punya nasionalisme, hanya disuruh berdiri saja kalian mengeluh’,
Yah, mungkin itu kata yang tepat untuk kami, tiba-tiba hadiah mengucur pada kami, bonus berdiri setengah jam lagi. aku baru tau kalau  itu namanya hadiah. Panas telah masuk ke tulangku, pandanganku mendadak pecah. Yah, ringan sekali tubuhku terasa, tiba-tiba pandanganku berubah menjadi putih.
Aku tak matikan? tapi mengapa semua berubah putih, bukannya gelap. Ah, ini mungkin karena aku akan kesurga, tapi.. dosaku tak terhingga, apa pantas surga untuku.
Gelap kemudian datang, bercampur cahaya putih sedari tadi, tak lama kemudian seperti hujan meteor, mungkin ini aku dibawa di akhirat. Bleg!!
Aww..
sepertinya aku jatuh. tersentak aku.
 Inilah surga, yah, aku belum pernah melihatnya di dunia, butiran pasir lembur, seperti berjalan dalam kapas, ditemani suara melodi taburan air pantai, disebelah utara ada tebing yang dilapisi dedaunan hijau.
Serontak aku langsung memanjat tebing itu, seperti tangga yang belum jadi, sedikit licin karena lumut hidup dalam alas batuan itu, berharap mungkin disana aku akan menemukan temanku yang juga berada di surga.
Nihil!
Tak ada segelintir orang, tapi mataku tak memikirkan itu, aku berfikir dengan mata karena otakku tak berfungsi, kepalaku ringan, mungkin otaku terjatuh!.
Inikah salju? Aku belum pernah merasakanya di dunia. Dingin, namun butirannya lebih besar, menawan seperti kristal, menyelimuti sebagian dari tubuh rerumputan, rerumputan liar yang ada disepanjang daratan. Raratan yang sangat rimbun seperti hutan.
 Tapi, mendadak aku lapar!
Deekk! Sebuah benda bulat merah marun berada tepat diujung jari kakiku. Buah yang jatuh dari pohon tepat aku berdiri sedari tadi. Hamparan pohon, ini mungkin hutan hujan tropis yang sering dibicarakan guruku dulu sewaktu masih sekolah.
Tapi.. bagaimana ada salju? Hutan hujan tropis ada di daerah tropis. Berarti ini taiga. Loh, apa ini tumbuhankonifer? Pertanyaan konyol! Ini karena otakku tak berfungsi.
Buah manis yang merah marun tadi kumakan, tak peduli itu beracun atau tidak, yang pasti rasanya manis, dagingnya lembut seperti aromanis yang pernah ku makan di pasar malam sewaktu aku kecil dulu, tak ada buah seperti ini di bumi. Tak lama aku merasakan uah itu, tiba-tiba kepalaku menjadi berat, tubuhku kaku seperti besi, tak bisa aku bertahan untuk tetap berdiri. Aku terjatuh, ini mungkin gara-gara buah tadi.
Buah itu beracun!
 Lenganku terbentur batu, sakit sekali rasanya!
 Sepertinya sekarang aku akan mati. Lalu tadi apa? Atau sekarang aku akan ke neraka? Mungkin saja, aku banyak berbuat salah dalam kehidupan. Dan saat itu aku tak berdaya, mataku tertutup rapat.

Tiba-tiba mataku terbuka, berat sekali. Saat ini panas, berarti benar, inilah neraka!
 Berlahan kupikir, suara ribut terdengar, ricuh sepertinya. Kutatap sebuah objek, sesosok seperti manusia.
 bukannya dia temanku? Dia juga ada di neraka?
Tertegun lega rasanya, ada yang menemaniku di neraka.
“bagaiman keadaanmu?”, tanyanya sambil menyodorkanku segelas teh panas

AAAHH SYUKURLAH! AKU HANYA PINGSAN…

(Bekti Novi A / 8 Desember 2011)



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer