MENUlis

Sabtu, 11 Mei 2013



Beberapa hari yang lalu dashboard di tumblr saya ramai membincangkan sosok penulis buku ‘Lupa Endonesia’.  Pemilik akun twitter @sudjiwotedjo ini menuliskan tweet : Perlu kesabaran tingkat dewa ketika serius dibilang nyampah, romantis dibilang galau, berpendapat dibilang curhat, perhatian dibilang kepo. Yah, saya rasa ini yang terjadi pada generasi muda saat ini, terjadi anomali yang terus berlangsung begitu lama hingga kita tidak mampu menyadarkan diri kita sendiri akan keadaan yang normal sebenarnya.
Jika saya ingin mengkuti dari kata-kata beliau akan saya edit seperti ini : Perlu kesabaran tingkat dewa saat ingin melakukan reformasi dalam hidup sendiri dibilang lebay, mengambil hikmah dimasa lalu dibilang galau, belajar untuk dewasa dibilang sok bijak.

Apa salahnya menulis? Saya sendiri merasa terganggu dengan situasi ini. Banyak tulisan saya yang saya interpretasikan untuk masa depan malah dibilang galau, padahal itu saya tulis sebatas untuk memotivasi diri sendiri, penyaluran pula karena saya seorang INSP. Begitu pula saat teman-teman saya menuliskan sesuatu yang bijak (terutama laki-laki), respon yang keluarpun akan beranggapan sama, ‘masih jaman hari gini gundah?’. Memang apa salahnya? Bisa jadi orang yang idealis dimasa kini lama kelamaan akan dibilang hipster, fanatik dibilang rasis. Jika saat ini kita hidup dikekuasaan otoriter wajar saja, tapi katanya saat ini kita berada di jaman DEMOKRASI - yang sedang digembor-gemborkan tentunya.

semahal apakah ‘menjadi diri sendiri’ dimasa kini?
Mari kita sama-sama belajar menghargai, belajar menjadi orang yang lebih baik dimuka bumi ini :D
$



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

BAHAGIA???

Jumat, 03 Mei 2013

Hi bintang, apa kabar? Dari tanahku berpijak ini, kilauanmu masih sama, memikau dan indah. aku dengar dibeberapa tempat cantikmu enggan muncul, karena polusi yang begitu berat. Tapi aku tak akan meronta, apabila langit mendung yang hadir dimalamku menenggelamkanmu, aku juga tak akan merasa kehilangan olehmu. Untuk apa aku merasa kehilangan? Aku memang senang menatapmu, namun aku tak bisa bahagia hanya menatap saja. Dari sejak dulu kala, aku tetap tidak memiliki cahaya elok itu. Padahal jika aku ingin bahagia aku harus memilikinya, tak cukup dengan sekedar melihat.


"Aku bahagia saat melihatmu bahagia, walaupun itu bukan bersamaku"
Ah, benarkah itu? menurutku itu hanya sekedar penggembira hati saja. Adakah orang yang mampu merelakan orang lain dengan mudah? Ilmu ikhlas yang bagaimana yang kamu pakai? Aku ingin mengguru pada orang yang dengan mudah memadamkan api dalam kendalinya itu. Ini yang akan membuat hatiku semakin getir, akan ada campakan dari orang lain. Aneh saja, merelakan hati yang tak pernah dimiliki. merelakan seseorang yang kamu anggap begitu istimewa, tapi orang itu menganggap kamu biasa saja.







Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer