Haruskah Asuransi Syariah?

Sabtu, 06 Juni 2015

Besarnya penduduk muslim Indonesia menjadi salah satu faktor cepatnya pertumbuhan ekonomi berbasis syariah, terutama pada sektor keuangan. Banyak pemuda saat ini terutama mahasiswa menggelar acara hingga level Internasional yang mengenalkan serta mengkampanyekan ekonomi syariah. Acara tersebut berupa kompetisi seperti lomba menulis atau olimpiade hingga acara seminar dan konferensi. Namun, terkadang acara tersebut kurang mendapatkan minat seiring dengan sulitnya mendapatkan pendanaan dalam penyelenggaraan kegiatannya.
Pengalaman ini terjadi pada saya di tahun 2014 lalu, saat saya menjadi panitia di dua kegiatan dengan garis besar ilmu ekonomi, acara “ekonomi” dan “ekonomi syariah”. Dan hasilnya berbeda jauh, walaupun saat ini banyak orang berkata ekonomi islam tumbuh pesat, namun pada kenyataanya kata syariah itu justru membatasi gerak kami sebagai panitia. Lembaga keuangan atau perusahaan yang mau bekerjasama masih cukup sedikit, sekalipun kami telah membidik lembaga keuangan dan perusahaan berbasis syariah . Padahal ini termasuk ajang efektif karena targetnya adalah anak muda, yaitu anak-anak SMA serta mahasiswa.
Dahulu jika saya ditanya mengenai apa saja produk keuangan syariah, maka hal yang pertama kali muncul adalah mengenai perbankan syariah. Semakin dewasa, saya menyadari bahwa produk tersebut tidak melulu berkaitan dengan bank. Pasar modal dan industri keuangan non bank seperti perusahaan asuransi dan lembaga pembiayaan saat ini banyak yang telah berlebel syariah.
Hal menarik baru saja saya dapatkan dari kelompok studi yang saya ikuti saat mengadakan kajian kontemporer yang bertemakan asuransi syariah dengan pembicara dari Asuransi Takaful Indonesia. PT yang didirikan sejak tahun 1994 ini menjadi pelopor industri asuransi berbasis syariah. Seperti produk keuangan syariah lainnya, asuransi syariah berlandaskan pada prinsip-prinsip dalam ajaran islam, seperti:
  •    Asuransi syaiah menggunakan akad tabbaru’ (hibah), sedangkan pada asuransi syariah akadnya seperti jual beli.
  •    Investasi dana pada asuransi syariah berdasarkan bagi hasil (mudharobah), tidak mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan judi (maysir). Pada asuransi konvensional memakai bunga sebagai landasan perhitungan investasi.
  •     Perusahaan asuransi syariah hanya sebagai pemegang amanah, kepemilikan dana merupakan hak peserta, sedangkan pada asuransi konvensional dana yang terkumpul dari nasabah menjadi milik perusahaan, sehingga bebas menentukan alokasi investasinya.
  •   Asuransi syariah menggunakan sistem sharing of risk, dan dibebani membayar zakat jika memperoleh keuntungan. Asuransi konvensional menggunakan sistem transfer of risk.

Asuransi syariah di Indonesia perkembangannya masih kalah cepat jika dibandingkan dengan perbankan syariah. Hal tersebut dikarenakan masih rendahnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya asuransi. Bahkan mereka yang telah paham mengenai manfaat asuransi saja masih enggan memiliki asuransi. Terlihat dari perbandingan premi terhadap PDB yang hanya sebesar 1,77 persen, angka ini masih dibawah rata-rata negara di kawasan ASEAN yang sebesar 3,19 persen. Namun jika dilihat tren akhir-akhir ini bisnis asuransi mulai meningkat dan banyak diminati. Masyarakat muslim yang menghindari riba tentu saja akan memilih asuransi syariah, peluang bisnis ini sangat besar.
Masih kurangnya sosialisasi dan inovasi mungkin menjadi masalah dalam bisnis asuransi. Seharusnya asuransi syariah mampu menjadi garda terdepan dengan kelebihan yang dimiliki dibandingkan asuransi konvensional. Saya berencana untuk menggunakan asuransi syariah ketika saya telah berkeluarga nanti. Karena aku cinta keuangan syariah,  mari menciptakan sistem keuangan yang bersih tanpa riba mulai dari cakupan terkecil yaitu diri kita dan keluarga.





MENUlis

Sabtu, 11 Mei 2013



Beberapa hari yang lalu dashboard di tumblr saya ramai membincangkan sosok penulis buku ‘Lupa Endonesia’.  Pemilik akun twitter @sudjiwotedjo ini menuliskan tweet : Perlu kesabaran tingkat dewa ketika serius dibilang nyampah, romantis dibilang galau, berpendapat dibilang curhat, perhatian dibilang kepo. Yah, saya rasa ini yang terjadi pada generasi muda saat ini, terjadi anomali yang terus berlangsung begitu lama hingga kita tidak mampu menyadarkan diri kita sendiri akan keadaan yang normal sebenarnya.
Jika saya ingin mengkuti dari kata-kata beliau akan saya edit seperti ini : Perlu kesabaran tingkat dewa saat ingin melakukan reformasi dalam hidup sendiri dibilang lebay, mengambil hikmah dimasa lalu dibilang galau, belajar untuk dewasa dibilang sok bijak.

Apa salahnya menulis? Saya sendiri merasa terganggu dengan situasi ini. Banyak tulisan saya yang saya interpretasikan untuk masa depan malah dibilang galau, padahal itu saya tulis sebatas untuk memotivasi diri sendiri, penyaluran pula karena saya seorang INSP. Begitu pula saat teman-teman saya menuliskan sesuatu yang bijak (terutama laki-laki), respon yang keluarpun akan beranggapan sama, ‘masih jaman hari gini gundah?’. Memang apa salahnya? Bisa jadi orang yang idealis dimasa kini lama kelamaan akan dibilang hipster, fanatik dibilang rasis. Jika saat ini kita hidup dikekuasaan otoriter wajar saja, tapi katanya saat ini kita berada di jaman DEMOKRASI - yang sedang digembor-gemborkan tentunya.

semahal apakah ‘menjadi diri sendiri’ dimasa kini?
Mari kita sama-sama belajar menghargai, belajar menjadi orang yang lebih baik dimuka bumi ini :D
$

BAHAGIA???

Jumat, 03 Mei 2013

Hi bintang, apa kabar? Dari tanahku berpijak ini, kilauanmu masih sama, memikau dan indah. aku dengar dibeberapa tempat cantikmu enggan muncul, karena polusi yang begitu berat. Tapi aku tak akan meronta, apabila langit mendung yang hadir dimalamku menenggelamkanmu, aku juga tak akan merasa kehilangan olehmu. Untuk apa aku merasa kehilangan? Aku memang senang menatapmu, namun aku tak bisa bahagia hanya menatap saja. Dari sejak dulu kala, aku tetap tidak memiliki cahaya elok itu. Padahal jika aku ingin bahagia aku harus memilikinya, tak cukup dengan sekedar melihat.


"Aku bahagia saat melihatmu bahagia, walaupun itu bukan bersamaku"
Ah, benarkah itu? menurutku itu hanya sekedar penggembira hati saja. Adakah orang yang mampu merelakan orang lain dengan mudah? Ilmu ikhlas yang bagaimana yang kamu pakai? Aku ingin mengguru pada orang yang dengan mudah memadamkan api dalam kendalinya itu. Ini yang akan membuat hatiku semakin getir, akan ada campakan dari orang lain. Aneh saja, merelakan hati yang tak pernah dimiliki. merelakan seseorang yang kamu anggap begitu istimewa, tapi orang itu menganggap kamu biasa saja.





Terima kasih :D

Kamis, 29 November 2012

Terima kasih telah mewarnai pelangiku kembali, kau telah meletakkan gelombang kehidupanku pada garis yang benar lagi. Jalan yang sempat aku belokkan sendiri. Kini aku kembali hidup, aku telah terbangun akan masa silamku yang penuh kebahagiaan, namun fana.

Terima kasih karena kau telah menggantikan celetukan yang dulu sempat membuatku bergairah memaknai hidup ini, kau tak jauh seperti dia. Mampu mendekap kesedihaku, ketakutanku, dan telah kau pancarkan sejuta kata untukku. Berharga! 

Maaf bila diri ini tak mampu berucap secara langsung dihadapanmu, terlalu hina diri ini kurasa. Aku masih takut mengatakan sejujurnya, kau tunggu saja, aku akan datang kembali. Mencurahkan seluruh pikiranku yang sedari dulu terus menyumbat otakku.



Jalan Baru

Sabtu, 27 Oktober 2012


Lamunanku melayang semasa aku masih duduk di ruang kelas besar di pojok gedung SMA ku, sewaktu aku masih berstatus anak kelas 11. Tak banyak yang aku pikirkan waktu itu, aku hanya membayangkan nasib kakak kelasku yang akan mengikuti ujian nasional, nasib mereka akan mengukir nama di sekolahku itu, tak terkecuali kamu, memang kita bukan satu sekolah, namun aku merasa akan ada hubungannya bila kau akan sukses dikelak hari.
Tak ada kabar yang terkuak darimu, aku malas bila harus menyapa dulu, tapi akan kukatakan padanya bila aku takut akan mengganggu waktu belajarnya. Satu hari sebelum ujian praktik kita bertemu, tak ada yang begitu spesial dengan hari itu, kedatanganmu bahkan ternyata tak aku inginkan. Langit pagi itu mendung, dan obrolan kami melayang dengan bahasan tempat-tempat kesukaan, dari situ aku tahu tempat yang sering kamu kunjungi, tempat kesukaanmu bersama teman-temanmu, yahh.. teman temanmu yang hebat. Ku akui itu.
----
“Bagaimana hasil SNMPTN mu?” pertanyaan itu aku lontarkan sedikit gugup, aku hanya memastikan bahwa kamu memang layak mendapatkannya.
“Alhamdulillah, aku diterima di pilihan pertama.” Jawabnya dengan segera.
 Lega rasanya karena pilihan pertama itu berada di kota ini. Lagi-lagi aku suka dengan sifat kegigihanmu dan pantang menyerahmu, kamu tetap mengikuti dua seleksi ujian masuk Perguruan tinggi yang diadakan oleh Universitas ternama di ibukota dan yang satunya adalah Universitas di luar negeri. 
----
Disini, aku tak lagi menginginkanmu, aku tak mengerti apa sebabnya, namun yang aku tahu aku tak ingin cara pertemanan seperti ini, aku tak mau terus-terusan dibelakang tembokmu, yang setiap saat bisa saja kamu berkilah dan membohongiku. Hidup kita berbeda, aku berada di sekolah dengan seragam putih abu-abu yang masih selalu dikekeng, sedangkan kamu berada di alam bebas dimana kamu bebas memilih kemanapun jalan yang akan kamu lewati. Sebenarnya kamu bukanlah orang  yang acuh bagiku, ada kalanya kamu mau memberikan motivasi pada diriku ini.
“Presentase SNMPTN tertulis semakin kecil, itu artinya akan lebih sulit untuk memasuki PTN dan akan semakin banyak orang berlomba-lomba mengejar nilai raportnya.”
 “Jangan sampai kamu main twitteran terus sebelum kamu semangat lagi belajar.”
“Udahlah, jadi dirimu sendiri aja, biarin orang lain mau ngomong apa tentang kamu.”
 Nggak perlu jadi yang terbaik. Yang penting niat berusaha dan bekerja keras kita murni”
“Kamu sekarang udah kelas tiga, bentar lagi harus nyari universitas.”
“Maaf kalau aku itu cangkeman, tapi seenggaknya aku sendiri sadar kok kalau aku itu cangkeman.”
“Kamu harus dapat mengontrol keinginan dan menenangkan dirimu sendiri.”
“Hal yang terpenting dalam hidup ini adalah jangan hanya ikut-ikutan, kebanyakan orang Indonesia itu pada kemakan iklan dan ikut-ikutan aja, tanpa sadar sama apa yang mereka lakuin.”
Aku masih ingat kata-kata itu. Dalam untukku. Terima kasih telah memberikan dorongan dan semangat dalam belajarku.

Tentang Hidup

Rabu, 29 Agustus 2012


Manusia memang terlalu banyak disiapkan untuk kemenangan, bukan untuk kekalahan. Padahal hidup tidak hanya soal kemenangan – Mbak Audi
Tulisan ini yang selalu mengingatkanku setiap kali pengen nulis sesuatu, karena aku setuju banget. Manusia yang memang tertuju kepada satu pemusatan yang tak lain adalah ‘pencapaian’. Sebagian dari mereka akan merasa bangga dan puas terhadap hasil yang telah memenuhi target, tetapi sebagian ada yang selalu merasa kurang terhadap pencapaian tersebut. Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang tidak beruntung?
Aku merasa kegagalan itu awal dari kebaikan, memang rasanya menyayat hati hingga goresannya dalam dan bahkan mampu bertahan lama. Tapi kenapa aku gagal?  
-          Mengapa Tuhan tak mengizinkan aku beruntung?
Kata-kata itu sontak menghinggap pikiranku, dan sekarang aku tahu jawabannya
Karena Dia tahu yang terbaik untukku, bukankah aku selalu meminta yang terbaik dari-Nya. Tuhan juga sedang menguji seberapa kuat jiwa ini dalam menghadapi rintangan hidup. Ada alasan lain yang seharusnya memang dapat membuat tegar, “AKU HARUS BERSYUKUR”.
Semakin kuatnya impian seseorang maka akan semakin pedih juga apabila mereka tak dapat memenuhi targetnya, bukan berarti kita tidak boleh yakin akan impian, tapi seharusnya kita menciptakan jati diri yang mampu menghadapi rintangan dan kondisi terburuk sekalipun.